Kalau lo suka pemain yang punya kecepatan, kerja keras nonstop, dan nggak takut duel satu lawan satu, maka Yakob Sayuri adalah nama yang wajib lo hafal. Pemain asal Papua ini bisa dibilang salah satu sayap paling eksplosif yang dimiliki Timnas Indonesia dalam beberapa tahun terakhir.
Dia bukan pemain dengan sorotan media paling terang. Tapi setiap kali pelatih kasih dia menit main, dia gaspol tanpa nunggu komando. Lari terus, press terus, dan kadang bikin bek lawan pusing tujuh keliling. Lo boleh punya bintang, tapi lo butuh pemain tipe Yakob buat bikin tim lo hidup.

Awal Karier: Dari Papua Buat Nusantara
Yakob Sayuri lahir 22 Desember 1997 di Yapen, Papua. Daerah yang emang dikenal sebagai gudang talenta sepak bola Indonesia. Dari sanalah muncul pemain-pemain seperti Boaz Solossa, Titus Bonai, hingga Ricky Kambuaya.
Yakob besar di lingkungan yang sepak bolanya tuh budaya, bukan sekadar hobi. Bareng saudara kembarnya, Yance Sayuri, Yakob udah nunjukin bakat dan semangat tempur di level lokal sejak kecil. Tapi yang bikin dia beda adalah disiplin dan attitude. Dia bukan cuma mengandalkan talenta mentah—dia kerja keras buat upgrade game-nya.
Karier Klub: PSM Makassar Jadi Rumah Kedua
Karier profesional Yakob mulai naik waktu dia gabung ke PSM Makassar tahun 2019. Di klub legendaris itu, dia mulai dikenal sebagai winger pekerja keras yang doyan lari dan ngotot bantu pertahanan.
Yang keren dari Yakob?
- Dia bisa main di kiri maupun kanan.
- Nggak manja. Mau disuruh tracking balik, ya dia gas.
- Finishing-nya makin oke.
- Crossing dan decision-making makin tajem dari tahun ke tahun.
Musim demi musim, kontribusinya makin terasa. Dia jadi pemain inti yang konsisten dan disiplin, sesuatu yang langka banget di Liga 1. Bahkan, Yakob termasuk pemain lokal yang mampu bersaing sama pemain asing di posisi sayap.
Gaya Main: Lincah, Kuat, dan Gak Ada Capeknya
Yakob bukan tipe winger yang terlalu banyak gaya. Tapi dia punya:
- Akselerasi tinggi
- Dribbling direct (nggak neko-neko)
- Pressing aktif
- Visi umpan yang underrated
- Gaya main yang “nggak takut mati”
Dia itu semangat 90 menit. Bukan cuma bantu nyerang, tapi juga ngawal pertahanan. Ini yang bikin dia disukai pelatih mana pun—karena dia bukan cuma tampil bagus buat highlight, tapi kontribusinya kerasa banget buat sistem tim.
Timnas Indonesia: Gaspol Bareng STY
Yakob mulai dipanggil ke Timnas Indonesia era pelatih Shin Tae-yong, dan langsung cocok. STY suka pemain yang intensitas tinggi, pressing kuat, dan bisa cover banyak area—dan itu 100% Yakob.
Dia ikut membela Timnas di:
- Kualifikasi Piala Asia
- AFF Cup
- Laga-laga uji coba lawan tim-tim tangguh kayak Argentina, Irak, Uzbekistan, dan lainnya.
Yakob sering dipakai sebagai impact player. Kadang starter, kadang pemain pengganti buat ngegas di babak kedua. Tapi yang pasti, dia selalu ngasih energi baru.
Fans Timnas pun udah hafal: kalau Yakob masuk, sayap Indonesia langsung aktif. Lo bakal lihat sprint kanan-kiri, cut inside, crossing, dan kadang… kejutan gol.
Bareng Kembarannya: Sayuri Bersaudara Bikin Bangga
Yang bikin cerita Yakob makin menarik adalah: dia punya saudara kembar yang juga main bola. Yup, Yance Sayuri, yang juga main di PSM dan pernah dipanggil Timnas.
Lo bayangin satu tim punya dua pemain kembar dari Papua yang sama-sama punya semangat juang tinggi. Chemistry-nya tuh udah alami. Di PSM, mereka bahkan sering tukar posisi. Satu nyerang, satu bertahan. Atau dua-duanya bantu build-up. Duo Sayuri = dinamo kembar.
Mentalitas: Kalem di Luar, Brutal di Dalam
Di luar lapangan, Yakob termasuk pemain yang kalem dan gak banyak tingkah. Tapi di lapangan? Dia berubah jadi mesin. Lari terus, ngotot, dan punya attitude pantang nyerah.
Gak heran banyak pemain muda sekarang yang lihat Yakob sebagai role model baru—bukan karena glamor, tapi karena dedikasi. Di sepak bola Indonesia yang kadang lebih sibuk dengan sorotan selebgram dan kontroversi, Yakob itu tipe pemain yang kerja dalam diam tapi hasilnya nyata.
Apa yang Bisa Kita Pelajari dari Yakob Sayuri?
- Konsistensi lebih penting dari sorotan sesaat
Yakob gak viral tiap minggu, tapi selalu ada pas tim butuh. - Skill tanpa kerja keras = zonk
Dia mungkin gak skillful banget kayak winger luar negeri, tapi kerja kerasnya bikin dia beda. - Loyal sama proses bikin lo tahan lama
Gak banyak drama. Fokus main, upgrade diri, dan jadi bagian penting dari tim.
Masa Depan: Bisa Jadi Kunci Skuad Emas Indonesia
Dengan usia masih 26 tahun, Yakob punya banyak waktu buat terus berkembang. Entah tetap di Liga 1 atau someday coba tantangan di luar negeri, skillset dan mentalitas-nya udah siap.
Bisa jadi, Yakob akan jadi salah satu bagian penting dari skuad Indonesia di Piala Asia, Kualifikasi Piala Dunia, dan SEA Games ke depan. Pemain kayak dia tuh aset—gak harus jadi bintang utama, tapi jadi fondasi yang gak bisa lo gantiin.