Tradisi Adat Tolak Bala di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah

Kalau kamu kira wisata budaya itu cuma tentang tari dan kerajinan tangan, artinya kamu belum ngerasain langsung pengalaman magis dari Tradisi Adat Tolak Bala di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah. Ini bukan cuma ritual, tapi representasi kehidupan orang Sasak yang masih kuat menjaga warisan leluhur di tengah dunia yang makin modern.

Bonjeruk adalah desa kecil di Lombok Tengah, yang belakangan makin dikenal sebagai desa wisata berbasis budaya. Tapi nilai jual utamanya bukan cuma landscape yang cantik atau suasana pedesaan yang adem, melainkan praktik hidup masyarakat yang terus menjaga harmoni antara manusia, alam, dan yang gaib.


Asal Usul Tradisi Tolak Bala di Bonjeruk

Tradisi ini sudah berlangsung turun-temurun dari leluhur masyarakat Sasak. Tujuannya adalah untuk menolak segala bentuk bala—baik penyakit, bencana alam, hingga gangguan gaib. Dalam bahasa Sasak, istilahnya sering disebut “Begawe” atau “Ngaji Adat”.

Biasanya dilakukan saat:

  • Musim pancaroba
  • Awal tanam atau panen
  • Muncul fenomena alam aneh (hujan deras mendadak, angin puting beliung, dll)
  • Saat warga merasa ada “gangguan energi” yang nggak bisa dijelaskan secara medis

Tradisi ini bukan soal mistik kosong. Tapi tentang menjaga equilibrium antara dunia nyata dan dunia tak kasat mata, yang dalam budaya lokal disebut batin dan lahir.


Rangkaian Prosesi Tolak Bala: Bukan Sekadar Ritual

Saat kamu ikut Tradisi Adat Tolak Bala di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah, kamu akan menyaksikan serangkaian prosesi yang detail dan penuh simbol.

1. Persiapan Uborampe (Perlengkapan Sesaji)

Warga akan mengumpulkan:

  • Beras kuning
  • Daun sirih dan pinang
  • Air kelapa muda
  • Kain putih
  • Dupa, bunga tujuh rupa, dan ayam kampung

Setiap bahan punya makna. Misalnya, ayam melambangkan pengalihan energi buruk, kain putih sebagai penjernih niat, dan air kelapa sebagai media netralisasi.

2. Prosesi Doa Bersama (Ngaji Adat)

Dipimpin oleh tokoh adat dan pemuka agama, warga berkumpul di tempat sakral seperti Bale Adat atau pohon tua yang dianggap suci. Doa-doa dilantunkan, kadang pakai bahasa Arab dan Sasak.

3. Ritual Penyucian (Mandi Adat)

Air yang sudah didoakan dibagikan kepada warga untuk mencuci muka atau disiram ke pintu rumah. Beberapa bagian air dibuang ke sungai sebagai simbol pelimpahan bala ke alam yang mampu menyeimbangkan.

4. Penanaman Tanda

Setelah ritual, warga akan menancapkan tanda kecil dari bambu dan daun kelapa di pekarangan. Ini simbol proteksi spiritual, kayak “alarm energi” versi lokal.


Filosofi di Balik Tradisi Tolak Bala

Tradisi ini punya pesan mendalam soal bagaimana manusia hidup berdampingan dengan alam dan kekuatan yang nggak terlihat.

Nilai-nilai yang dipegang:

  • Saling jaga antarwarga – semua terlibat, nggak ada yang merasa lebih penting.
  • Rendah hati pada alam – nggak arogan terhadap perubahan cuaca atau gejala alam.
  • Spiritualitas inklusif – menggabungkan ajaran Islam lokal dengan budaya leluhur Sasak.

Dan yang keren, semua ini dilakukan tanpa pamer. Ini budaya hidup, bukan konten pementasan.


Peran Generasi Muda dalam Melestarikan Tradisi

Jangan bayangin yang ikut tradisi ini cuma orang tua. Di Bonjeruk, banyak anak muda yang aktif belajar langsung dari sesepuh. Mereka bahkan bikin dokumentasi digital, bikin konten edukatif, dan gabung di komunitas wisata budaya desa.

Beberapa cara anak muda Bonjeruk mendukung pelestarian:

  • Membuat vlog dan podcast tentang adat
  • Bikin infografis digital soal filosofi Tolak Bala
  • Mengorganisir event Tolak Bala sebagai bagian dari wisata edukasi
  • Menjadi pemandu wisata ritual bagi tamu lokal dan mancanegara

Waktu Terbaik untuk Menyaksikan Tradisi Ini

Biasanya, tradisi Tolak Bala tidak dijadwalkan tetap, karena menyesuaikan kondisi sosial dan alam. Tapi kamu bisa datang saat:

  • Bulan Sapar atau Rabiul Awal – waktu ritual paling sering dilakukan
  • Musim panen – banyak aktivitas budaya
  • Event tahunan “Bonjeruk Heritage Festival” – biasanya dijadikan momen pelestarian tradisi besar-besaran

Etika Saat Mengikuti Ritual

Buat kamu yang tertarik ikut menyaksikan atau mendokumentasikan:

  • Pakai pakaian sopan (lebih baik kain tenun atau baju adat lokal)
  • Jangan ambil foto saat doa berlangsung tanpa izin
  • Dilarang keras tertawa atau bercanda saat prosesi berlangsung
  • Tanyakan dulu ke warga sebelum menyentuh sesaji atau benda ritual

Ini tentang rasa hormat, bukan cuma wisata.


Desa Wisata Bonjeruk: Lebih dari Sekadar Destinasi

Bonjeruk adalah desa yang terus hidup dan berkembang. Selain tradisi Tolak Bala, kamu juga bisa:

  • Belajar menenun kain tradisional Sasak
  • Ikut kelas memasak makanan khas Lombok
  • Jelajahi sawah organik dan kebun herbal
  • Menginap di homestay warga dan hidup seperti penduduk lokal

Dan yang bikin unik? Semuanya dijalankan dengan semangat eco-cultural tourism alias wisata berbasis budaya dan alam berkelanjutan.


Cara Menuju ke Bonjeruk, Lombok Tengah

Lokasi: Kecamatan Jonggat, Kabupaten Lombok Tengah
Jarak: Sekitar 40 menit dari Bandara Internasional Zainuddin Abdul Madjid

Transportasi:

  • Sewa motor atau mobil dari Mataram atau bandara
  • Ojek lokal yang bisa kamu pesan lewat warga
  • Tur lokal dengan guide budaya

Kesimpulan: Belajar Hidup Seimbang Lewat Tradisi

Tradisi Adat Tolak Bala di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah bukan sekadar upacara. Ini adalah cara hidup yang ngajarin kita untuk gak sombong, tetap rendah hati, dan sadar bahwa hidup bukan cuma urusan duniawi, tapi juga energi yang lebih besar dari kita.

Kalau kamu beneran mau ngerasain sisi spiritual Indonesia yang otentik, bukan sekadar pamer budaya di panggung, Bonjeruk jawabannya.


FAQ Tentang Tradisi Adat Tolak Bala di Desa Wisata Bonjeruk Lombok Tengah

1. Apakah tradisi Tolak Bala bisa diikuti wisatawan?
Ya, tapi harus melalui koordinasi dengan pengelola desa wisata dan mengikuti etika lokal.

2. Apakah ritual ini mistik atau ada unsur agama?
Campuran antara budaya lokal Sasak dan Islam lokal yang sudah mengalami akulturasi.

3. Apakah aman untuk anak-anak atau keluarga?
Sangat aman dan justru edukatif untuk semua umur.

4. Apakah boleh memotret prosesi Tolak Bala?
Boleh, asal minta izin dan tidak mengganggu kekhusyukan prosesi.

5. Apa oleh-oleh khas dari Bonjeruk?
Kain tenun Sasak, ramuan herbal lokal, dan camilan tradisional Lombok.

6. Apakah ada paket wisata khusus Tolak Bala?
Ada, terutama saat event besar atau saat desa sedang menggelar program budaya mingguan.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *